BI RATE SEBAGAI SINYAL PASAR
Tahun
2014 ini negeri kita mengalami tantangan yang cukup berat. Kondisi pekonomian
yang lesu ditambah dengan maraknya piala dunia dan persaingan politik yang
cukup panas di Indonesia. Akibat
perekonomian yang tidak menentu tersebut, Bank Indonesia menetapkan suku bunga
acuan (BI rate) sebagai panduan bagi
pasar. Pada tahun ini saja BI menaikkan ratenya sampai 3 kali. Sebenarnya Inflation Targeting Framework (ITF) baru
dianut penuh oleh Bank Indonesia pada bulan Juli 2005. Sebelumnya, kebijakan
moneter Bank Indonesia berpatokan pada prinsip monetary targeting atau base
money targeting.
Namun kenapa sih BI rate dinaikkan atau diturunkan dan
bagaimana dampaknya bagi perekonomian? Walau bekerja dalam kerangka ITF,
kebijakan BI rate tak hanya mempengaruhi ekonomi melalui ekspektasi inflasi
publik, tetapi juga lewat nilai tukar rupiah, suku bunga perbankan, penyaluran
kredit, serta harga aset seperti properti dan saham di pasar modal.
Ekspektasi inflasi publik
Dalam tataran
operasional, BI rate dipakai sebagai instrumen policy rate untuk merespons tren inflasi di masa depan. Perubahan
BI rate dilakukan jika deviasi proyeksi inflasi terhadap targetnya (inflation gap) dipandang cukup
signifikan. Perubahan BI rate dipakai untuk merespons kesenjangan antara
permintaan dan penawaran dalam ekonomi domestik. Penurunan suku bunga mendorong
aktivitas ekonomi, sehingga menaikkan permintaan barang dan jasa yang diikuti
kenaikan harga. Inflasi akan mendorong kalangan pekerja meminta upah yang lebih
tinggi, yang pada akhirnya dibebankan produsen ke konsumen melalui kenaikan
harga.
Nilai tukar rupiah
Kenaikan BI
rate akan mendorong kenaikan selisih antara suku bunga di Indonesia dengan luar
negeri, sehingga memancing ketertarikan investor asing untuk masuk ke instrumen
keuangan di Indonesia. Aliran modal asing ini bisa mendorong apresiasi nilai
tukar rupiah.
Suku bunga perbankan
Dampak BI
rate terasa dalam implementasi operasi moneter yang dilakukan BI melalui
pengelolaan likuiditas di pasar. Alatnya adalah suku bunga pasar uang antar
bank (PUAB). Bagi perbankan, PUAB merupakan salah satu alternatif cara
pemenuhan kebutuhan likuiditas harian. Melalui transaksi pinjaman antarbank
yang sebagian besar berjangka pendek inilah, sinyal kebijakan moneter
ditransmisikan kepada suku bunga instrumen lain di pasar keuangan seperti suku
bunga deposito dan kredit.
Penyaluran kredit
Dampak langsung
BI rate memang suku bunga kredit dan deposito perbankan. Apabila perekonomian
sedang lesu, Bank Indonesia dapat menggunakan kebijakan moneter ekspansif
melalui penurunan BI rate. Ketika BI rate turun maka suku bunga kredit
perbankan juga akan turun, sehingga permintaan kredit dari dunia usaha dan
rumah tangga akan meningkat. Hasilnya, aktivitas konsumsi dan investasi
meningkat sehingga perekonomian bergairah. Sebaliknya, apabila tekanan ekonomi
dan inflasi meningkat, Bank Indonesia dapat merespon dengan menaikkan BI rate
untuk mengerem laju perekonomian yang terlalu cepat.
Harga aset
Kenaikan
suku bunga akan menurunkan harga aset seperti properti, saham dan obligasi.
Ketika kekayaan individu atau perusahaan berkurang karena penurunan harga
tersebut, kemampuan mereka melakukan kegiatan-kegiatan ekonomi seperti konsumsi
dan investasi juga akan menurun, sehingga laju perekonomian yang terlalu cepat
bisa ditahan.
Kesimpulan yang dapat diambil bahwa BI rate merupakan
salah satu dari bauran kebijakan moneter yang harapannya dapat menjadi sinyal
bagi pasar sehingga dapat mencapai stabilitas makroekonomi dan sasaran inflasi
dapat terwujud.
Comments
Post a Comment