Bayangkan Anda berada dalam sebuah negara, dimana pendidikan berkualitas
dapat dinikmati segenap warga negara tanpa kecuali. Semua masyarakatnya belajar
setia dan selalu bergairah untuk terus belajar. Pengalaman belajar yang
ditempuh sangattlah menyenangkan dan membuat haus akan ilmu dan proses belajar.
Hasil karya anak negeri tumbuh subur, menjadi pupuk bagi perkembangan bangsa.
Apakah ini sebuah mimpi di siang bolong? Jawabannya ada dalam diri kita
masing-masing tentunya.
Indonesia terdiri dari banyak orang pintar, tapi sayangnya masih banyak anak
Indonesia yang putus sekolah dan bahkan hanya mampu menyelesaikan pendidikan
Sekolah Dasar. Fakta lainnya, 1 juta anak rawan putus sekolah. Kenaikan
anggaran pendidikan yang signifikan ternyata tak berbanding lurus dengan upaya
penghentian siswa putus sekolah. Siswa putus sekolah dan siswa yang tak bisa
melanjutkan pendidikan ke jenjang berikutnya masih banyak di negeri ini. Sebuah
ironi terjadi dalam dunia pendidikan nasional.
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh7e4QCNuXXp8XhrbFoggwqazZKEaJN1jlyph-uyVi93FLuzXlTfute_67nVGrGcNCl4XJ2qUPDuIGwu9wihizvgtpY8tssmobOarjuNrrnu8VvXcLo9qRtnpYjUVkSc5geyL34UTBSzAY/s320/193822_penurunan-kemiskinan-melambat_663_382.jpg)
Setidaknya ada empat persoalan yang membuat angka putus
sekolah masih cukup tinggi. Pertama, kemiskinan yang hingga kini belum
sepenuhnya teratasi. Data Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan pada Maret
2011, terdapat 30,02 juta orang miskin atau hanya turun 1 juta orang dibanding
tahun sebelumnya. Kemiskinan jelas menjadi momok dalam dunia pendidikan.
Program sekolah gratis untuk tingkat SD dan SMP, ternyata belum sepenuhnya
terealisasi dan belum dinikmati oleh anak-anak yang kurang mampu.
Comments
Post a Comment