MEMPERTAHANKAN KEPEMIMPINAN PASAR PESOLEK DI TENGAH KRISIS
PT Martina Berto (MB), Tbk merupakan perusahaan yang memproduksi kosmetik dan jamu dengan merek dagang "Sariayu Martha Tilaar. MB juga salah satu perusahan dari industri kecantikan di Indonesia yang menghadapi saat-saat sulit selama krisis ekonomi Asia. Dampak utama krisis itu adalah penurunan dalam nilai penjualan. Industri inikehilangan nilainya sekitar 35%-40% selama krisis, karena daya beli masyarakat berkurang akibat krisis. Akibat menurunnya permintaan terhadap kosmetik, MB telah mengurangi produksinya selama masa krisis. Persoalan lain yang dihadapi MB adalah membumbungnya biaya produksi. Naiknya biaya produksi akibat depresiasi dolar AS terhadap rupiah. Kenaikan biaya produksi terjadi karena perusahaan itu mengimpor 70% bahan mentahnya yang terdiri dari kemasan plastik dan tinta cetak. Di tengah melonjaknya harga bahan mentah dan ketidakpastian kondisi politik dan ekonomi dalam negeri, MB juga dihadapi pada ketidakpastian pasokan bahan mentah. Akibat dari melonjaknya dolar AS secara mendadak, bahan mendadak, bahan mentah tiba-tiba lenyap dari pasar.
Selain itu, fluktuasi tajam nilai dolar telah meramaikan lalu-lintas perdagangan produk-produk Sari Ayu di pasar gelap. Selama krisis, banyak pedagang Malaysia memborong produk-produk Martina Berto di Indonesia karena jauh lebih murah dari pada harga produk sama yang secara resmi diimpor ke Malaysia. Mereka biasanya membeli produk-produk langsung di Indonesia dan menjualnya kembali di Malaysia di bawah harga resmi. Aktivitas-aktivitas yang tak terkendali di pasar gelap itu telah mengganggu ekspor MB ke Malaysia. Untuk mengatasi berbagai dampak krisis, manajemen MB mencari cara-cara untuk keluar dari krisis.
Comments
Post a Comment