PERSAINGAN MINUMAN SODA DI PASAR SINGAPURA
Pada tahun 1986, perusahaan Pepsi Cola Internasional (PCI) Amerika Serikat mengumumkan bahwa telah memberikan hak waralaba (franchise) untuk merek minimum "7-up" untuk Singapura kepada perusahaan Yeo Hiap Seng Ltd (YHS). Pasar minuman ringandi Singapura merupakan salah satu pasar terbaik, dimana hampir 100% populasinya mengkonsumsi produk tersebut. Segmen minuman bersoda (dimana 7-up berkompetisi) terhitung sekitar 60% dari pasar total yakni sekitar 162.000 kilo liter per tahun (kira-kira empat botol berukuran delapan ons-an sampai satu liter).
Bagaimanapun kompetisi sangat ketat di antara empat distributor utama minuman ringan lokal. YHS telah memiliki hubungan jangka panjang dengan PCI sebagai pembotol Pepsi Cola dan minuman beraroma jeruk dengan merek Miranda. Pesaingnya yakni Fraser & Neave (F&N) merupakan pesaing franchise (waralaba) Coca-cola selama setengah abad. Selain itu, F&N juga pernah melakukan pembotolan 7-Up sebelum kontraknya dihentikan. 7-Up diperkirakan mencapai 13% dari penjualan minuman ringan F&N. Namun, F&N telah melepaskan 7-Up untuk diganti dengan Sprite milik Coca-Cola, juga dengan rasa jeruk nipis. Menurut pernyataan Coca-Cola, Sprite adalah minuman jeruk nipis yang paling populer di Asia dengan pangsa pasar sekitar 95% di Thailand, lebih dari 80% di Indonesia, dan 50% di Hongkong dan Filipina.
Kehadiran beberapa pengecer lokal yang mengimpor secara langsung dari perusahaan minuman ringan luar negeri, telah meniciptakan keprihatinan, sentimen industri yang negatif telah meningkatkan intensitas persaingan terutama karena kurangnya kesetiaan konsumen. Dalam hal ini, konsumen Singapura juga dipandang kurang peka oleh perusahaan lokal dan perusahaan minuman dalam botol. Sebagai contoh, konsumen umumnya tidak menyadari adanya sedikit perubahan rasa yang tidak dipublikasikan, yang telah dilakukan oleh pabrik dari waktu ke waktu. Perusahaan lokal juga dibatasi oleh pemegang waralaba luar negeri yang telah menentukan tingkat kemanisan dari versi lokal dari minuman ringan mereka. Pada dasarnya orang-orang Singapura gemar rasa manis, namun YHS enggan untuk mengubah formulanya.
Adanya loyalitas buta dari banyak konsumen yang tidak memiliki alasan untuk lebih memilih suatu merek menyebabkan pengembangan produk menjadi kurang diperhatikan. Meskipun demikian, perusahaan-perusahaan lokal secara terus menerus tetap mencoba untuk memproduksi minuman ringan yang lebih baik, karena mereka menganggap bahwa ada beberapa pelanggannya yang peka/tajam. Namun, tingkat kegagalan produk baru diperkirakan sekitar 90%. Alasan-alasan utama yang menjadi penyebabnya meliputi preferensi konsumen, biaya yang tidak ekonomis, kesulitan dalam melakukan pengaturan bahan mentah dan kurangnya teknologi untuk produksi massal.
Comments
Post a Comment