ANALISIS MASYARAKAT PERKOTAAN DALAM PERSPEKTIF SOSIOLOGIS (MAHZAB KLASIK DAN MODERN)
A. DESKRIPSI DAN ANALISIS MASYARAKAT KOTA (MAHZAB KLASIK)
1. Teori Auguste Comte
Dalam teori Comte terdapat tiga tahap pemikiran manusia, yaitu:
a. Tahap teologis, ialah tingkat pemikiran manusia
bahwa semua benda didunia ini mempunyai jiwa dan itu disebabkan oleh sesuatu
kekuatan yang berada di atas manusia.
b. Tahap metafisis, pada tahap ini manusia masih
percaya bahwa gejala-gejala didunia ini disebabkan oleh kekuatan-kekuatan yang
berada di atas manusia.
c. Tahap positivis, merupakan tahap dimana manusia telah sanggup
untuk berfikir secara ilmiah. Pada tahap ini berkembanglah ilmu pengetahuan.
Dalam masyarakat perkotaan menurut teori Comte digambarkan secara umum manusia sudah dalam tahap positivis. Masyarakat telah sanggup berpikir ilmiah dan segala hal dapat dibuktikan secara logis. Misalnya berkembangnya ilmu pengetahuan di bidang ekonomi, industri, dan pendidikan dalam masyarakat perkotaan merupakan bukti bahwa masyarakat dalam tahap positivis.
Analisis
yang dilakukan Aguste Comte terhadap ciri tatanan sosial baru (modernitas),
sebagai berikut :
a. Konsentrasi tenaga kerja di pusat urban,
b. Pengorganisasian pekerjaan yang ditentukan
berdasarkan efektivitas dan keuntungan,
c. Penerapan ilmu dan teknologi dalam proses
produksi,
d. Munculnya antagonisme terpendam atau nyata
antara majikan dan buruh,
e. Berkembangnya ketimpangan dan ketidakadilan
sosial, dan
f. Sistem ekonomi berlandaskan usaha bebas dan
kompetisi terbuka.
2.
Teori Emile Durkheim
Fakta sosial
Dalam teorinya Durkheim mengelompokkan Fakta sosial yang terdiri dari moralitas, kesadaran kolektif, representasi kolektif, arus sosial, dan pikiran kelompok. Kesadaran kolektif yang dikemukan oleh Durkheim adalah perasaan bersama dalam masyarakat yang membentuk sebuah sistem. Kesadaran kolektif dapat terwujud melalui kesadaran individual. Dalam masyarakat perkotaan kesadaran kolektif kurang biasa terwujud sebab ciri khas dari masyarakat perkotaan ialah individual serta didasarkan atas kepentingan bukan ikatan batin. Sehingga sistem yang adapun kurang terpadu. Misalnya dalam gotong royong, tentu dalam masyarakat perkotaan hal itu kurang bisa dilakukan karena kepentingan masyarakat di perkotaan berbeda-beda (pendidikan, kerja, liburan). Orientasi mereka juga pada waktu dan material. Alhasil jika ada gotong royong pu mereka pasti meminta upah dan seperlunya. Dalam hal keamanan pun jugabegitu, masyarakat kota tidak mengadakan ronda (jaga malam), hal itu dilakukan oleh petugas keamanan (Satpam dan hansip) yang dibayar masyarakat disekitarnya.
The division of Labour
Society
Dalam bukunya Durkheim mengatakan bahwa Masyarakat Modern tidak diikat oleh kesamaan antara orang-orang yang melakukan pekerjaan yang sama, namun pembagian kerjalah yang mengikat masyarakat dengan memaksa mereka agar bergantung sama lain. Durkheim mengelompokkan menjadi 2 kesadaran yaitu mekanis dan organis. Pada masyarakat modern (kota) lebih mungkin bertahan bersama dengan pembagian kerja dan membutuhkan fungsi-fungsi yang dimiliki oleh orang lain daripada bertahan dengan kesadaran kolektif bersama dan kuat.
3. Teori Max Weber
Weber juga mengemukakan bahwa ada dua tipe
masyarakat antara masyarakat tradisional dan masyarakat modern (kapitalis).
Perbedaan dua tipe masyarakat menurut Weber, sebagai berikut :
Ciri
|
Masyarakat
Tradisional
|
Masyarakat
Modern (Kapitalis)
|
Pemilikan
|
Terikat
pada status sosial turun-temurun
|
Pemilikan pribadi semua alat produksi dan
pemusatan kekayaan berada di bawah kontrol usahawan (tanah, bangunan, mesin,
bahan mentah semuanya dikontrol oleh satu agen dan bebas dipertukarkan di
pasar sebagai barang milik pribadi)
|
Mekanisme
pekerjaan
|
Belum
ada
|
Mekanisasi pekerjaan dengan memanfaatkan
teknologi sehingga memungkinkan memperhitungkan kapital secara tepat. Proses
produksi berdasarkan prinsip organisasi yang efektif, produktif, dan rasional
|
Ciri
tenaga kerja
|
Tidak bebas (hubungan perbudakan atau hamba
pengolahan tanah)
|
Tenaga kerja bebas bergerak menanggapi permintaan
dari cabang satu ke cabang perusahaan lainnya atau dari wilayah satu ke
wilayah lain. Tenaga kerja bebas menjual tenaganya sebagai komoditi untuk
mendapat upah dari pasar terbuka
|
Pasar
|
Sangat dibatasi oleh rintangan pajak,
perampokan, terbatasnya lembaga keuangan, dan transportasi yang buruk
|
Pedagang di pasar bebas tidak dibatasi oleh
hambatan tradisional (monopoli kelas, terbatasnya pemilikan, proteksionisme,
dsb). Pasar mengatur prinsip distribusi dan konsumsi
|
Hukum
yang berlaku
|
Bersifat khusus, penerapannya berbeda untuk
kelompok sosial yang berbeda. Penerapan dan keputusan hukum bersifat
partrimonial.
|
Penerapannya bersifat universal. Hukum yang
dapat diperhitungkan memungkinkan meramalkan konsekuensi kontrak dan
pelaksanaan hukum
|
Motivasi
utama
|
Untuk memuaskan kebutuhan sehari-hari.
Menerima keuntungan tradisional. Menurut Weber, kesempatan untuk mendapat
penghasilan yang semakin besar masih kurang menarik
|
Untuk mencapai keuntungan maksimal. Motivasi
perilaku ekonomi adalah untuk mencapai keuntungan tertinggi.
|
(Sztompka,
2011: 81-84)
4. Teori Karl Marx
Dialektika
Hal
ini lebih didasarkan pada arti penting kontak diksi. Salah satu contoh kontradiksi dalam kapitalisme ialah hubungan antara pekerja dan kapitalis pemilik pabrik-pabrik dan sarana produksi lainnya yang digunakan untuk bekerja. Kapitalis harus mengeksploitasi pekerja untuk memperoleh keuntungan dari mereka. Para pekerja berlawanan dengan para kapitalis, ingin memperoleh setidaknya sedikit keuntungan dari diri mereka. Dari hal itu menunjukkan hubungan antara masyarakat kapitalis di kota dan para pekerja dari desa yang saling berlawanan (kontradiksi).
Konflik kelas
Ada dua macam kelas yang dikemukakan Marx ketika menganalisis kapitalisme. Kelas borjuis ialah kapitalis di era modern, dan proletar ialah pekerja untuk kaum borjuis. Terjadi konflik antarkelas (borjuis dan
proletar). Misalnya demo pekerja pabrik menuntut naik upah. Hal itu menggambarkan kondisi masyarakat kota yang rawan terhadap konflik kelas sosial.
5. George Simmel
Uang, Reifikasi, dan Rasionalisasi
Dalam
proses menciptakan nilai, uang menyediakan dasar bagi berkembangnya pasar, ekonomi modern, dan masyarakat kapitalis. Uang menyediakan sarana yang dapat digunakan elemen-elemen mendapatkan kehidupan bagi dirinya yang bersifat eksternal. Hal ini bertentangan dengan masyarakat sebelumnya dimana barter tidak mengarah pada dunia yang tereirifikasi yang merupakan produk khas ekonomi uang.
Jelas bahwa uang dalam masyarakat modern (perkotaan) memang mengembangkan kehidupan masyarakatnya baik ekonomi dan aspek lainnya. Untuk itu uang berperan penting dalam rasionalisasi peningkatan kecerdasan dunia modern.
6. Ferdinand Tonnies
Dalam teorinya Tonnies membedakan masyarakat kedalam 2 hal. Masyarakat dengan tipe Gemeinschalft dan Gesellschalft. Masyarakat perkotaan lebih condong pada tipe Gesellschalft. Tipe ini dimana relasi-relasi kebersamaan dan kebersatuan antara orang
berasal dari faktor-faktor lahiriah seperti persetujuan, peraturan,
undang-undang dan sebagainya. Masyarakat perkotaan cenderung masuk dalam tipe Gesellschalf,
sebab masyarakat kota memiliki orientasi ekonomi dan tidak
kekal, memperhitungkan
nilai guna (utilitarian) seperti
uang
dan
waktu, dan lebih
didasarkan pada kenyataan sosial.
B.
DESKRIPSI DAN ANALISIS
MASYARAKAT KOTA (MAHZAB MODERN)
1.
Teori Krisham Kumar
Menurut Krisham Kumar (1988), masyarakat kota (modern)
memiliki ciri-ciri, sebagai berikut :
a. Individualisme. Individual terbebas dari posisi
tergantikan; bebas dari tekanan ikatan kelompok; bebas berpindah ke kelompok
yang diinginkannya; bebas memilih keanggotaan kesatuan sosial yang
diinginkannya; bebas menentukan dan bertanggung jawab atas kesuksesan maupun
kegagalan tindakannya sendiri.
b. Diferensiasi. Dengan adanya spesialisasi
terjadi penyempitan definisi pekerjaan dan profesi, akan memerlukan keragaman
keterampilan, kecakapan, dan latihan. Diferensiasi terjadi di bidang konsumsi, yakni munculnya berbagai
peluang hidup mengejutkan yang dihadapi setiap konsumen potensial.
c. Rasionalitas. Artinya berperhitungan.
Berfungsinya institusi dan organisasi
tidak bergantung pada perseorangan. Inilah yang menjadi landasan teori
birokrasi dan organisasi birokrasi Weber (dalam arti manajemen efisien).
Manajemen efisien atau rasional dianggap sebagai ciri utama modernitas.
d. Ekonomisme. Seluruh aspek kehidupan sosial
didominasi oleh aktivitas ekonomi, tujuan ekonomi, kriteria ekonomi, dan
prestasi ekonomi. Masyarakat modern terutama memusatkan perhatian pada
produksi, distribusi, dan konsumsi barang dan jasa dan tentu saja pada uang
sebagai ukuran umum dan alat tukar. Ekonomisme mengesampingkan keasyikan pada
keluarga dan ikatan kekeluargaan yang mewarnai masyarakat primitif atau
masyarakat agraris (misalnya, di abad pertengahan).
e. Perkembangan. Modernitas cenderung memperluas
jangkauannya terutama ruangnya dan inilah yang dimaksud proses globalisasi.
Modernitas berkembang semakin mendalam, menjangkau bidang kehidupan sehari-hari
yang paling pribadi sifatnya (misalnya: keyakinan agama, perilaku seksual,
selera konsumsi, pola hiburan, dan sebagainya). Ruang dan aspek kehidupan yang
dijangkau modernitas ini lebih hebat daripada kebanyakan ciri perubahan yang
terjadi dalam periode sebelum modernisasi. (Sztompka, 2011: 85-86)
2.
Teori Sosial Postmodern
Teori ini mendefinisikan masyarakat postmodern sebagai masyarakat konsumen yang akibatnya konsumsi memainkan peran sentral. Hal ini dapat dibuktikan dengan banyaknya barang-barang yang konsumsi oleh masyarakat modern (perkotaan), namun barang tersebut tergolong kedalam kebutuhan tersier. Sedangkan masyarakat desa masih tergolong pada pemenuhan kebutuhan pokok.
3.
Teori Lewis Coser
Konflik Fungsional
Dikatakan bahwa konflik berguna untuk pembentukan masyarakat. Kelompok yang berkonflik akan lebih kuat solidaritasnya dengan yang tidak mengalami konflik. Konflik yang terjadi juga mengarah pada perubahan. Sehingga masyarakat perkotaan yang rawan akan konflik kelas sosial akan meningkatkan solidaritas diantara keduanya.
Sumber:
Mansyur, C. (1997). Sosiologi Masyarakat Kota dan
Desa. Surabaya: Usaha Nasional.
Ritzer, G., &
Goodman, D. J. (2013). Teori Sosiologi. Yogyakarta: Kreasi Wacana.
Siahaan,
Hotman M. (1986). Pengantar Ke Arah
Sejarah dan Teori Sosiologi. Jakarta: Erlangga.
Sztompka,
Piotr. (2011). Sosiologi Perubahan
Sosial. Jakarta: Prenada.
Comments
Post a Comment