Whats Wrong With Michael Porter?
Berita mengejutkan datang dari dunia consulting. Monitor Group,
perusahaan konsultan yang didirikan oleh Michael Porter dinyatakan
bangkrut dan dijual kepada perusahaan lain. Michael Porter sendiri lebih
populer disebut sebagai maestro strategi bisnis yang berhasil
menggabungkan Ekonomi Makro dengan Manajemen Bisnis.
Konsep dan teorinya menjadi rujukan untuk praktik bisnis di
mana-mana. Buku legendarisnya berjudul Competitive Strategy sudah jadi
semacam Kitab Suci baik untuk perusahaan, konsultan, maupun sekolah
bisnis. Tapi, pertanyaan dasarnya, mengapa Porter tidak bisa
menyelamatkan perusahaannya sendiri dari kebangkrutan?
Pembelajaran dari kasus Michael Porter inilah yang dibedah oleh
Hermawan Kartajaya, CEO dan Founder MarkPlus, Inc dalam Marketeers
Dinner Seminar bertajuk "What's Wrong with Michael Porter?" di Ballroom Four Seasons Hotel, Jakarta, Senin (11/11/2013).
"Mengapa Porter seperti ini karena Porter berfokus pada kompetisi dan
kurang memerhatikan Change. Sekarang, zaman sudah berubah, apalagi
dengan kehadiran Internet," ujar Hermawan.
Soal kompetisi tersebut, Porter menuangkannya dalam konsep The Determinants of National Advantage
yang banyak dipakai untuk menganalisis Keunggulan Bersaing sebuah
Negara. Dasarnya adalah bagaimana cara memenangkan persaingan. Target
utamanya adalah mengalahkan kompetitor atau pesaing! Porter juga
menulis buku tentang kompetisi dengan judul On Competition tentang cara menganalisis pesaing supaya bisa dikalahkan.
Teori kompetisi Porter ini, sambung Hermawan, sangat kontekstual dan
menjadi masukan berharga bagi perusahaan-perusahaan di era 1990-an. Hal
ini lumrah terjadi karena di era itu negara-negara masih sangat kuat
menguasai lini kehidupan masyarakat, termasuk bisnis, sehingga tidak
memungkinkan kompetisi. Padahal kompetisi ini dibutuhkan agar perusahaan
bisa berkembang dan terus berinovasi secara kreatif.
Porter pernah meramalkan kehancuran Asia karena tidak adanya
persaingan. Ramalan ini benar ketika krisis segala bidang melanda
negara-negara di Asia pada tahun 1997-1998. Teori kompetisinya
mendapatkan perhatian besar setelah krisis ini.
Hermawan menambahkan saking fokusnya pada kompetisi, Porter lupa
untuk merespons perubahan lanskap bisnis yang ada yang saat ini dimotori
oleh Teknologi Informasi dan Komunikasi yang berbasis Internet.
"Pesaing pada era Porter benar-benar menjadi target utama untuk
diperhatikan. Dulu, pilihannya ada dua, kill the competitor maupun
hindari kompetitor," kata Hermawan.
Hermawan menyebut Peter Drucker yang mengusung gagasan untuk bisnis
yang juga fenomenal padahal gagasan Drucker ini lebih populer lebih
dahulu sebelum Porter. Drucker menegaskan dua hal yang penting bagi
bisnis, yakni marketing dan inovasi. Sebab itu, Drucker lebih
mengutamakan pelanggan ketimbang kompetitor. Salah satu nasihat Drucker
adalah jangan melupakan pelanggan dan terkecoh untuk terlalu
menghabiskan energi dan pikiran untuk kompetitor.
Dus, dua hal utama yang menurut Hermawan menjadi sumber
kebangkrutan bisnis Monitor Group adalah terlalu fokus pada kompetisi
dan kurang tanggap pada perubahan.
REFERENSI:
Majalah Marketeers
Comments
Post a Comment