KOLABORASI COCA COLA BOTTLING INDONESIA (CCI) DENGAN PT. BINTANG TOEDJOE
Coca Cola Bottling
Indonesia merupakan salah satu produsen dan distributor minuman ringan
terkemuka di Indonesia. Perusahaan ini memproduksi dan mendistribusikan
produk-produk berlisensi dari The Coca Cola Company. Coca Cola Bottling
Indonesia memproduksi dan mendistribusikan produk Coca Cola ke lebih dari
400.000 outlet melalui lebih dari 120 pusat penjualan. Coca Cola Bottling
Indonesia merupakan nama dagang yang terdiri dari perusahaan joint venture
antara perusahaan-perusahaan lokal yang dimiliki oleh para pengusaha independen
dan Coca Cola Amatil Limited, yang merupakan salah satu produsen dan
distributor terbesar produk-produk Coca Cola di dunia.
Coca Cola Amatil
pertama kali berinvestasi di Indonesia pada tahun 1992. Mitra usaha Coca Cola
saat ini merupakan pengusaha Indonesia yang juga adalah Mitra Usaha saat
perusahaan ini memulai kegiatan usahanya di Indonesia. Produk pertama Coca Cola
di Indonesia dimulai pada tahun 1932 di satu pabrik yang berlokasi di Jakarta.
Produksi tahunan pada saat itu hanya sekitar 10.000 krat. Saat itu perusahaan
baru mempekerjakan 25 karyawan dan mengoperasikan tiga buah kendaraan truk
distribusi. Sejak saat itu hingga tahun 1980-an, berdiri 11 perusahaan
independen di seluruh Indonesia guna memproduksi dan mendistribusikan
produk-produk The Coca Cola Company. Pada awal tahun 1990-an, beberapa di
antara perusahaan-perusahaan tersebut mulai bergabung menjadi satu.
Di Indonesia, minuman
ringan mudah sekali diperoleh di berbagai tempat, mulai dari warung sampai
toko-toko kecil. Minuman ringan dikonsumsi oleh semua lapisan masyarakat dari
berbagai latar belakang pendidikan dan pekerjaan. Survei yang dilakukan oleh
sebuah lembaga independen (LPEM UI) dan sebuah perusahaan riset pemasaran DEKA
menunjukkan bahwa pada tahun 1999, 85% dari konsumen minuman ringan mempunyai
pendapatan rumah tangga rata-rata di bawah US$100 per bulan. 46% di antara mereka
berpenghasilan kurang dari US$50. 72% konsumen dengan penghasilan rata-rata
kurang dari US$100 per bulan lebih dari 40% dari mereka adalah pelajar,
karyawan paruh waktu dan para pensiunan. Di antara mereka minuman ringan
dikonsumsi sama seringnya dengan minuman sirup dan makanan ringan, dan jauh
lebih sering dikonsumsi dibanding es krim.
Dengan konsumsi minuman
ringan yang sedemikian luasnya, produk minuman ringan bukanlah barang mewah
melainkan barang biasa. Industri minuman ringan memiliki potensi yang amat
besar untuk dikembangkan dengan jumlah konsumsi per kapita yang masih rendah dan penduduk berusia muda
yang sangat besar. Elastisitas harga minuman ringan terhadap permintaan adalah
-1,19 yang berarti bahwa saat terjadi kenaikan harga, volume penjualan akan
berkurang dengan persentase yang lebih besar daripada persentase kenaikan harga
tersebut. Karena minuman ringan merupakan barang yang permintaannya elastis
terhadap harga, berbagai upaya dilakukan agar harga produk-produk minuman
ringan tetap.
Coca Cola Bottling Indonesia menyimpan ambisi yang
besar terhadap merek Coca Cola. Pasalnya, walau hadir di Indonesia sejak 1927,
hingga saat ini tingkat konsumsi per kapita Coca Cola di negeri ini masih
tergolong sangat rendah. Indonesia mencatat tingkat konsumsi produk-produk Coca
Cola terendah (hanya 13 porsi saji seukuran 236ml per orang per tahun),
dibandingkan dengan Malaysia (33), Filipina (122) dan Singapura (141). “Bagi
Coca Cola, Indonesia masih tergolong negara kecil”, ungkap Arif Mujahidin, Manajer
Hubungan Media Coca Cola Bottling Indonesia.
Saat ini, pasar minuman berkarbonat tengah dalam
tekanan. Dari tahun ke tahun pasarnya stagnan, bahkan cenderung turun.
Penjualan Coca Cola mulai terdesak, malah sudah terlampaui family brand-nya:
Fanta dan Sprite. Salah satu hambatan yang membuat Coca Cola dan minuman
bersoda lainnya sulit berkembang di negeri ini adalah minum minuman bersoda,
bukan budaya orang Indonesia. Sebagian besar orang Indonesia lebih memilih air
putih atau teh. Ini menjadi pekerjaan rumah bagi Coca Cola Bottling Indonesia.
Karena itu, mereka harus lebih vokal lagi, agar lebih bisa memahami karakter
konsumen di Indonesia.
Meluncurkan produk baru memang menjadi idaman setiap
pemasar dan pemain bisnis tak terkecuali Coca Cola Bottling Indonesia.
Peluncuran produk baru selalu dianggap sebagai sumber pertumbuhan perusahaan.
Sudah lama sektor consumer goods selalu diwarnai peluncuran produk baru yang
dikembangkan karena tren yang berlangsung pada suatu saat. Tren sekarang adalah
konsumsi minuman isotonik. Produk minuman seperti ProSweat (Orang Tua),
Powerade Isotonik (Coca Cola), KinoSweat (Kino), Vitazone (Mayora), Mizone
(Aqua), Optima Sweat (SinarMas), X-Ion (Dankos) dan Hi Calcium Isotonik (PT.
Modern Food). Mereka semua masuk pada saat yang sama, warna yang sama (biru),
merek yang sama dengan “Sweat” atau “Isotonik” (kecuali Vitazone, Mizone dan
X-Ion), klaim yang sama: pengganti cairan tubuh dan ion (kecuali X-Ion dengan
pengusir capai dan Mizone dengan konsentrasi 100%), dan harga yang mirip. Pasar
isotonik menjadi menarik karena hampir semua pemain besar ikut bertarung di
pasar.
Coca Cola Bottling Indonesia sebenarnya punya banyak
pilihan untuk masuk ke kategori ini, seperti memasukkan merek yang dimiliki
Coca Cola Company ke Indonesia, meluncurkan merek baru, atau bekerja sama
dengan pemain lokal yang terbukti sudah kuat di kategori tersebut, seperti
Samurai, Burn, dan TaB Energy. Untuk membawa merek dari luar dan membangun
merek di Indonesia dibutuhkan biaya yang sangat besar. Apalagi konsumen di
Indonesia belum tentu tahu merek tersebut. Kerja sama CCI dengan Bintang Toedoe
dengan meluncurkan Extra Joss Strike akan menguntungkan kedua belah pihak.
Selama ini, CCI dikenal sebagai salah satu pemain utama di bisnis minuman siap
saji. Selain itu, CCI juga mempunyai kekuatan dalam hal distribusi. Sementara
itu, Bintang Toedjoe merupakan penguasa bisnis minuman energi serbuk. Sehingga
kerjasama ini akan mempermudah mereka eksis di kategori minuman siap saji.
Comments
Post a Comment