PENTINGNYA PEMANASAN



Jika ibadah satuannya perlombaan, maka bagaimana dengan musim ibadah yang bernama Ramadhan? Bagaimana dengan sebuah bulan yang isinya adalah ibadah dan berbagai macam varian ibadah yang ada didalamnya? Maka tidak heran jika sebagaian orang mengatakan bahwa Ramadhan itu ibarat olimpiadenya orang-orang yang beriman.

Simple saja, apakah ada seorang atlet yang mengikuti olimpiade tanpa TC (training center), tanpa pemanasan, tanpa stretching, tanpa warming up, lalu dia mendapat medali emas?

Tidak ada...

Misalnya cabang olah raga yang akan diperlombakan/dipertandingkan satu bulan yang akan datang, jadi dari hari ini kerjanya makan-tidur, makan-tidur, lalu di hari H pertandingan datang ke stadion untuk berlomba, juara?

Tidak ada ceritanya. Kalah...

Padahal kita tahu bersama, bahwa olimpiade itu hanya bisa diikuti oleh atlet-atlet papan atas dunia, jika misalnya besok kita datang ke komite olimpiade, daftar salah satu cabang olah raga yang dipertandingkan, kira-kira diterima tidak?

Tidak diterima, karena ini hanya khusus pemain-pemain papan atas.

Sekarang tanya pada diri kita, Ramadhan ada di depan mata kita, kira-kira :

  • kita ahli tahajud papan atas, bukan?
  • kita ahli Quran papan atas, bukan?
  • kita ahli puasa papan atas, bukan?
  • kita ahli infak dan sedekah papan atas, bukan?

 
Kalau bukan, lalu kita masuk Ramadhan begitu saja tanpa ada pemanasan?

Jangan bermimpi bisa mendapatkan medali taqwa dari Allah SWT. Harus pemanasan. Dan hari-hari ini penentuannya, karena Ramadhan ibarat lari maraton, Ramadhan kita diminta berada di level atas bukan 1 atau 2 hari, tapi 1 bulan. Tidak mudah. Dan grafik diminta naik dari hari pertama sampai hari terakhir kita tidak boleh menurunkan tempo. Bahkan harus naik, naik, naik dan klimaksnya adalah 10 hari terakhir.

Itu berat, makanya setiap kesebelasan dunia yang akan memasuki piala dunia mereka selalu uji coba, untuk apa? Untuk memainkan grafik dan ritme, agar ketika masuk piala dunia mereka sudah main di level paling atas.

Jika dibandingkan dengan ulama sudah terlambat. Para ulama dari sya'ban. Al Imam Al Mula-i, salah satu ulama besar, begitu masuk 1 sya'ban libur, tokonya ditutup selama dua bulan. Buka lagi di bulan syawwal. Sibuk apa? Sibuk pemanasan, masuk TC, baca Quran, tingkatkan tempo qiyamullail, perbanyak puasa. Oleh karena itu tidak heran para ulama terdahulu setiap tiga hari khatam.

Harus ada pemanasan, minimal kita dalam tujuh hari menjelang Ramadhan ini:

  • Yang sudah terbiasa dari awal sya'ban menjaga puasa sunnah, pertahankan dan tingkatkan tempo.
  • Yang sudah terbiasa qiyamullail atau membaca Al Qur'an, tambah lagi intensitasnya.
  • Yang belum pernah atau sudah postponed agak lama, maka mulai lagi, nanti malam bangun lagi.

Harus, dalam tujuh hari ini yang tersisa kita manfaatkan dengan sebaik-baiknya untuk pemanasan, agar kita tidak kaget ketika tanggal 1 Ramadhan.

Tantangan Ramadhan itu besar dan semakin ke puncak semakin besar tantangannya. Bukan hanya Allah saja yang memberi promo, mall-mall juga memberi promo, barang-barang dijual semua memberikan promonya. Belum lagi acara Ramadhan yang begitu padat  seperti bukber (buka bersama). Ada yang buka bersama angkatan kampus sampai dengan angkatan SD, ada juga bukber teman-teman di kantor, di lingkungan tempat tinggal, dsb. Jadi isinya bukber semua. Ketemu sana, ketemu sini. Dan jika reunian teman lama tidak bisa hanya 10 menit, akhirnya tarawih lewat, isya dirumah, dan terkadang banyak yang tidak shalat magrib. Na'udzubillah. Pecahlah konsentrasi kita.

Ramadhan berat, tidak semudah yang kita bayangkan, kita harus persiapan, kita harus pemanasan. Dan terbukti fenomena tahunan dimayoritas masjid malam demi malam, setiap melewati malam mengalami kemajuan terus, shafnya yang maju, maju dan maju. Klimaksnya shalat subuh pas lebaran tinggal imam sama muadzin saja. Sedangkan yang lainnya sibuk mudik, ada yang fitting baju lebaran dan sebagainya.

Tidak ada waktu lagi, tinggal tujuh hari lagi kita memasuki bulan Ramadhan. Rasulullah SAW bersabda : Celaka seseorang. Yaitu seseorang yang memasuki Ramadhan, lalu dia lalui hari-harinya di bulan Ramadhan, sampai Ramadhan berpisah dengannya dan dosanya belum diampuni oleh Allah. (HR. Tirmidzi No.3468, versi Maktabatu al Maarif No.3545)

Banyak dari kita berfikir bahwa Ramadhan itu nothing to lose artinya ya sudah dijalani saja, kalaupun tidak ibadah kan kosong-kosong. Tidak demikian, jika kita tidak memanfaatkan tamu ini, maka habis kita pada hari kiamat, Nabi mengatakan kita celaka. Jika kita tidak sikapi dengan benar, maka bisa menjadi mimpi buruk bagi kita pada hari kiamat.

Tujuh hari lagi tamu itu akan datang dan hadir, apa yang kita persiapkan dalam tujuh hari ini, menentukan. Apabila kita bisa memanfaatkan sisa hari ini, insya Allah Ramadhan kita akan bermakna. Tetapi jika kita blunder, maka dikhawatirkan kita termasuk ke dalam sabda Nabi SAW.


Dikutip dari Ustadz Nurul Dzikri, LC

Comments

Popular Posts