MENGEJAR PhD

“Science without religion is lame. Religion without science is blind” (Albert Einsten)

Bagi saya ini adalah sesuatu yang spesial. Anugerah yang besar pemberian dari Allah, yang saya pun ragu di kala itu untuk mengambilnya, karena berada diantara pilihan untuk menyelesaikan kewajiban saya yang ada di kantor atau mengambil kesempatan kuliah ini. Setelah menyelesaikan S2 saya memang pernah terbesit didalam hati untuk melanjutkan ke jenjang berikutnya, namun tidak di negeri ini. Di luar negeri atau minimal di negara tetangga. Dan Allah memberikan jalan itu. Berbekal dengan zero rupiah karena kuliah dengan dana sendiri atau belum mendapatkan sponsor/beasiswa :D, namun dengan motivasi yang besar dan motif yang benar, saya yakin Allah akan memberikan jalan agar dapat menyelesaikan perkuliahan ini. Banyak motif orang-orang yang kuliah, hanya untuk sekedar mencari gelar. Beberapa diantaranya ada juga yang kuliah untuk prestise. Dan lainnya supaya mendapat promosi, mendapatkan pekerjaan yang lebih baik lagi dan duniawi sebagainya.  
Bagaimana sih rasanya kuliah S3? Menurut saya tidak ada perbedaan dengan kuliah-kuliah sebelum dan kuliah lainnya. Baik materi ataupun penyajian, meskipun disajikan dalam bahasa Inggris. Mungkin satu perbedaan adalah filsafat atau philosophy ilmu yang kita pelajari. Filsafat ini memiliki makna tersendiri bagi saya. Di dalam filsafat ilmu kita mempelajari antara ilmu (science) dan agama (religion). Masing-masing memiliki kesamaan dan perbedaan. Persamaannya adalah ilmu dan agama sama-sama mencari kebenaran. Perbedaannya kebenaran agama bersifat absolut/statis sedangkan kebenaran ilmu itu dinamis.

Mungkin dulu kita pernah mendengar bahwa bumi itu datar. Seiring berkembangnya ilmu ternyata bumi itu bulat. Juga bumi sebagai pusat tata surya. Namun perkembangan ilmu menjadikan matahari sebagai pusat tata surya. Pada tahun 2000-an ditemukan bahwa matahari tidak lagi sebagai pusat tata surya. Tapi apa yang kita sebut dengan blackhole. Begitu juga dalam ilmu marketing. Dahulu orang menciptakan/memproduksi barang dan konsumen pasti akan membelinya. Sehingga saat itu “penjual adalah raja”nya. Namun jargon itu berubah menjadi “konsumen adalah raja”. Hal ini dikarenakan banyaknya barang/jasa yang ditawarkan oleh produsen, membuat konsumen bebas memilih dan menentukan mana yang mereka inginkan. Sehingga dibuatlah sebuah bagian yang khusus melayani konsumen yang kita sebut dengan “Customer Service”. Tapi saat ini produsen dan konsumen sejajar. Sehingga produsen memperlakukan konsumen layaknya sebagai seorang sahabat bukan raja seperti sebelumnya. Oleh karena itu ada bagian khusus yang menanganinya yang disebut dengan “Customer Care”. Begitulah ilmu berkembang seiring perkembangan waktu yang begitu dinamis.
Oleh karena itu, aneh jika seseorang berkekeh dengan idealisnya terhadap ilmu yang cenderung berubah-ubah. Jadi selama itu ilmu, tidak ada yang salah. Yang salah adalah orang yang menyalahkan orang lain di dalam ilmu. Lain halnya dengan agama yang bersifat absolut dan tidak berubah. Karena apabila itu larangan di dalam agama, maka selamanya akan menjadi larangan. Di dalam agamalah diperlukan prinsip dan idealisme. Ketika itu sudah ada dalam konsep pemikiran kita, maka disanalah kebijaksanaan. Seperti arti filsafat yang berarti Philo adalah Cinta dan Shopia adalah Kebijaksanaan. Pholoshopy adalah Cinta Kebijaksanaan. Secara linguistik filsafat dapat diartikan mendapatkan kebijaksanaan atau menjadi bijak.
Kembali ke pertanyaan saya sebelumnya. Saat ditanya kepada saya bagaimana rasanya kuliah S3 ini. Saya justru merasa semakin “bodoh”. Saya merasa bodoh dihadapan Tuhan. Disitulah kita mengakui bahwa kita seorang manusia yang hanya mengetahui secuil dari ilmu Allah yang Maha Luas. Pantaskah kita merasa sombong, padahal yang kita ketahui hanya sedikit sekali dari ilmuNya? Saat itulah kita merasa dekat denganNya. Itulah sebabnya surat yang pertama turun kepada Nabi besar kita Muhammad SAW adalah suruhan untuk membaca atau lebih luasnya suruhan agar kita belajar, belajar dan terus belajar. Menuntut ilmu merupakan ibadah yang wajib sebagaimana beberapa sabda Nabi:
”Menuntut ilmu diwajibkan atas orang Islam laki-laki dan perempuan”,
“Carilah ilmu sejak dari buaian hingga ke liang lahat”,
“Barangsiapa yang menghendaki kehidupan dunia maka wajib baginya memiliki ilmu, dan barang siapa yang menghendaki kehidupan akhirat, maka wajib baginya memiliki ilmu, dan barangsiapa menghendaki keduanya maka wajib baginya memiliki ilmu”,
“Barangsiapa yang menempuh jalan untuk mencari suatu ilmu, niscaya Allah memudahkannya ke jalan menuju surga”. (HR.Turmudzi).

Jadi bukan hanya sekedar menambah panjangnya nama dengan mengejar tiga huruf P, H, dan D kita melanjutkan studi ini. Seperti kata Albert Einsten diatas, “Ilmu tanpa Agama seperti orang lumpuh, dan Agama tanpa Ilmu seperti orang buta”. Saya beruntung dapat belajar dengan profesor-profesor disini yang tidak hanya mengajari kami tentang ilmu-ilmu teori, tapi juga attitude untuk tidak berlaku sombong, selalu tawadu’ dan rendah hati seperti ilmu padi. Semoga Allah memudahkan jalan saya dalam perkuliahan ini dan menjadikan saya selalu dekat dengan Nya. Aamiin.

Comments

Popular Posts