Usaha Start-Up Printer 3D

    Fajar, Kristin, Hari, dan Firdaus merupakan empat anak muda yang baru saja menyelesaikan pendidikannya di Fakultas MIPA bidang komputer universitas negeri besar di Yogyakarta. Jika kebanyakan lulusan program sarjana pergi ke Jakarta untuk mencari pekerjaan, keempat anak muda tersebut mempunyai kesamaan visi, yaitu tidak ingin ke Jakarta. Mereka ingin tetap tinggal di Yogyakarta. Kemudian, mereka mencari apa yang bisa dikerjakan di Yogyakarta. Sebagai lulusan bidang komputer, mereka cukup ahli dan bisa membaca tren perkembangan komputer saat ini. Satu perkembangan yang menarik perhatian mereka dan dianggap menawarkan potensi yang bagus adalah printer 3D (tiga dimensi). Mereka ingin mengembangkan bisnis yang berkaitan dengan printer 3D, mulai pembuatan printer 3D, sampai dengan pelatihan atau pengenalan printer 3D. Mereka menilai kesempatan tersebut sangat terbuka lebar. Mesin printer 3D, atau mesin pencetak tiga dimensi belum terlalu familiar di telinga orang Indonesia. Padahal, mesin ini bisa membantu memproduksi barang. Selama ini, printer 3D masih dianggap terlalu mahal harganya, sehingga belum banyak dilirik banyak orang Indonesia. 

        Cara kerja printer 3D pada prinsipnya sama dengan printer biasa. Jika printer biasa mencetak gambar atau tulisan di atas kertas, printer 3D membentuk benda yang memiliki dimensi panjang, lebar, dan luas. Dengan kata lain, printer 3D bisa mencetak barang tertentu. Beberapa contoh barang yang bisa dicetak oleh printer 3D adalah pernak-pernik dari material plastik, vas bunga, maket bangunan, merchandise perhiasan, dan lainnya. Ke depan, sangat mungkin kalau printer 3D bisa mencetak barang yang lebih rumit. Printer 3D bekerja dengan mencetak lapisan demi lapisan hingga membentuk benda yang diinginkan. Durasi mencetak bergantung pada besar benda, misal benda setinggi 5 centimeter membutuhkan waktu sekitar 1,5 jam. Proses pencetakan printer 3D pada prinsipnya sama dengan proses pada printer biasa. Baik printer 3D maupun printer biasa memerlukan file untuk mencetak. Kedua printer tersambung dengan komputer. Pengguna dapat memindahkan file ke kartu memori dan menaruhnya di mesin pembaca kartu yang disematkan di printer 3D. Salah satu keuntungan membuat produk menggunakan printer 3D adalah tidak perlu lagi membuat cetakan atau moulding sehingga kita bisa menghemat satu tahapan saat mencetak produk.

        Melihat potensi printer 3D tersebut, dan kesesuaian bidang bisnis dengan bidang pendidikan sarjana mereka, keempat sahabat tersebut memutuskan untuk menekuni bidang tersebut. Mereka mendirikan perusahaan rintisan (start-up) dengan fokus pada bidang tersebut. Saat ini, bisnis mereka mencakup tiga hal: (1) perakitan printer 3D, (2) pencetakan (printing) dengan menggunakan printer 3D, dan (3) edukasi untuk printer 3D. Perakitan printer dilakukan, kemudian printer 3D yang sudah jadi kemudian dijual. Harga printer 3D bervariasi sekitar Rp2juta – Rp10 juta atau lebih tergantung spesifikasi dan permintaan. Pencetakan dengan jasa printer 3D mematok harga sekitar Rp3.000 per-gram. Edukasi printer 3D dilakukan terutama untuk siswa-siswa SMA atau SMK. Mereka juga melakukan kerja sama dengan beberapa sekolah SMA atau SMK, juga beberapa perusahaan lainnya, untuk memberikan edukasi mengenai printer 3D. Pemain printer 3D sudah ada lima sampai sepuluh perusahaan saat ini. Keempat sahabat tersebut merasa bahwa prospek printer 3D ke depan cerah, sehingga mereka berani untuk menekuni bidang tersebut.

Kebutuhan tenaga Manajerial 

        Setelah berjalan beberapa bulan, mereka mulai merasakan kebutuhan tenaga manajerial di usaha mereka. Tenaga manajerial akan membantu untuk mengelola aspek non-teknis, misal membuat laporan keuangan, mengelola keuangan, menyewa karyawan, membaca peluang pasar, dan lainnya. Untuk masalah teknis, keempat sahabat tersebut merasa bahwa mereka bisa menangani. Namun, tenaga manajerial belum mereka kuasai. Untuk mendukung tenaga manajerial tersebut, mereka mengajak Romi, seorang lulusan Program Sarjana S1 dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis, universitas yang sama. Romi mempunyai kesamaan pandangan dengan keempat teman tersebut, yaitu sama-sama tidak ingin pergi ke Jakarta atau kota besar, dan mempunyai keinginan untuk mengembangkan usaha. 

      Tugas Romi adalah menjalankan aspek manajerial dari usaha tersebut. Romi baru saja lulus, sehingga Romi belum mempunyai pengalaman mengelola bisnis secara formal. Pengalaman mengelola Romi sampai saat ini berasal dari bahan perkuliahan dan aktivitas organisasi selama kuliah. 

        Romi mulai berpikir, apa yang harus dilakukannya untuk membantu usaha printer 3D tersebut. Romi bisa memulai dari pengurusan aspek formal legal. Saat ini, usaha tersebut belum mempunyai bentuk hukum resmi. Padahal bentuk hukum resmi diperlukan, apalagi jika usaha tersebut ingin menjual dan melakukan penawaran secara resmi. Ada beberapa pilihaan, seperti Usaha Dagang, Firma, CV, dan PT. Romi harus memutuskan alternatif yang akan dipilih. Kemudian, Romi mulai berpikir lagi untuk merumuskan strategi menembus pasar yang dipilih dan strategi bersaing dengan pemasok jasa printer 3D yang lainnya. Ilmu Pemasaran yang diperoleh Romi dari bangku kuliah barangkali akan sangat membantu. Kemudian, Romi harus membantu mengelola aspek manajerial dari usaha tersebut. Hal yang paling menonjol adalah mengelola aspek keuangan seperti mengelola cash flow. Banyak penjualan yang dilakukan dengan kredit, yang akan dilunasi 3 bulan sampai 1 tahun ke depan, sementara pengeluaran seperti pembelian bahan mentah dan pembayaran tenaga kerja, menggunakan kas. Akhirnya bisa terjadi cash flow mismatch. 

Romi berpikir keras apa yang harus dilakukan untuk membantu mengembangkan usaha printer 3D tersebut. 

Pertanyaan Diskusi 

  1. Analisis dan petakan permasalahan yang dihadapi oleh Romi di usaha tersebut?
  2. Apa yang harus dikerjakan oleh Romi, dari mana Romi bisa memulai pekerjaannya di usaha tersebut? 
Sumber: Modul 1.58-1.60 EKMA4116

Comments

Popular Posts